Senin, 21 Maret 2016

DAMPAK NEGATIF SERING MEMARAHI ANAK






            Tahukah anda bahwa dengan sering memarahi anak anak dapat memberi efek yang tidak baik terhadap masa depan anak tersebut ?
Orang tua yang sering memarahi anaknya diharuskan berfikir ulang kembali, ini sangat penting diperhatikan karena menyangkut bagaimana anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dimasa depannya.
           
Dampak Buruk Sering Memarahi Anak adalah sebagai berikut :
1. Kematian sel-sel otak anak dikarenakan sering dimarahi.
            Tak bisa dipungkiri setiap orang tua pasti ingin memiliki anak yang cerdas. Sementara faktanya, anak yang cerdas adalah yang memiliki banyak sambungan antara sel otak yang satu dengan sel otak lainnya, bukan yang sel-sel otaknya terputus dan berantakan akibat sering kena marah orang tuanya.
            Meskipun ketika dilahirkan memiliki milyaran sel otak, jika setiap detik, menit, jam dan hari-hari yang dilalui seorang anak selalu dipenuhi dengan pelototan, teriakan, apalagi ditambah amarah, sungguh tak terbayangkan berapa jumlah sel otaknya yang akan mati akibat perlakuan buruk yang diterimanya.

2. Penurunan kepercayaan diri.
            Anak-anak yang sering kena marah cenderung akan berfikir bahwa penyebab dia dimarahi adalah karena melakukan kesalahan. Semakin sering anak dimarahi, maka semakin kuat opini pada diri anak bahwa semua tindakannya adalah salah. Ujung-ujungnya, anak akan kehilangan kepercayaan pada diri sendiri, takut melakukan hal-hal baru dan sebagainya.

3. Depresi
            Tekanan mental atau depresi bisa saja dapat terjadi pada anak yang sering sekali dimarahi. Anak akan jadi pemurung, jarang tertawa dan kurang bahagia. Malah, pada beberapa kasus anak akan cenderung pemarah dan gemar melakukan tindakan kekerasan, baik secara fisik maupun verbal. Hal ini akan terjadi hingga masa dewasanya kelak.

4. Trauma
            Anak juga bisa mengalami trauma Jika keseringan kena marah, apalagi jika kekerasan verbal yang terjadi disertai dengan pemberian julukan (labelling) yang kasar atau tidak pantas seperti “anak nakal”, “anak bodoh”, “anak tidak berguna”, “anak kurang ajar” dan julukan-julukan  negative sebagainya. Trauma menyebabkan anak akan kehilangan inisiatif untuk mengatasi setiap permasalahan yang dihadapannya.
           
            Menurut play therapist, Dra Mayke S Tedjasaputra Msi, keseringan memarahi anak diusia tumbuh kembang bisa berdampak pada dua hal:
1. Menyebabkan anak menjadi pasif karena akan selalu memilih lebih baik diam dari pada dimarahi
2. Membuat anak malah memberikan respon melawan.

            Sebuah penelitian lain yang dipimpin oleh Dr Ming-Te Wang dari University of Pittsburgh, diterbitkan dalam jurnal Child Develoment, mendapatkan kesimpulan bahwa mendisiplinkan anak melalui kata-kata juga bisa mempengaruhi pertumbuhan mereka. Meskipun orang tua dekat dengan anak, ucapan kasar dan teriakan yang dilontarkan bisa meningkatkan resiko depresi dan prilaku buruk pada anak.
            Berteriak justru sama buruk dan kejamnya seperti memukul anak. Perlakuan tersebut bisa membuat anak semakin berperilaku buruk dan bisa mengalami masalah emosional seperti depresi dan trauma.
            Sungguh sulit membayangkan seorang anak di masa-masa kecilnya sudah kehilangan kepercayaan diri, mengalami depresi atau trauma, akibat ulah orang tuanya sendiri! Karena itu, mulai saat ini berhentilah selalu marah-marah pada anak Anda!
            Mari selamatkan masa depan mereka dengan memberikannya lingkungan yang mendukung penuh perkembangan otak mereka, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas sesuai harapan kita.
            Dunia anak-anak adalah dunia mereka sendiri, dunia yang (seharusnya) penuh dengan permainan, canda, tawa, kesalahan dan perbuatan yang selalu mereka ulang-ulang. Dan, kita para orang tua, juga pernah mengalaminya!.


Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar