Bahagia adalah keinginan dan cita-cita semua orang. Orang mukmin ingin bahagia demikian juga orang kafir pun ingin bahagia. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin bahagia dengan profesinya. Melalui kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin bahagia. Meskipun semua orang ingin bahagia, mayoritas manusia tidak mengetahui bahagia yang sebenarnya dan tidak mengetahui cara untuk meraihnya. Berikut ini adalah 3 Resep untuk mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat :
1.
Syukur ketika mendapatkan nikmat.
Seorang manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat
Allah. Meskipun demikian, ternyata hanya orang berimanlah yang menyadari adanya
nikmat-nikmat tersebut dan merasa bahagia dengannya. Karena hanya merekalah
yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat yang
menganugerahkannya. Syukur dibangun di atas 5 prinsip pokok:
- Ketundukan
orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat.
- Rasa cinta
terhadap yang memberi nikmat.
- Mengakui
adanya nikmat yang diberikan.
- Memuji
orang yang memberi nikmat karena nikmat yang dia berikan.
- Tidak
menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang tidak disukai oleh yang
memberi nikmat.
Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan
merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di
atas tidak dilaksanakan dengan sempurna maka akan menyebabkan kesengsaraan
selamanya.
2.
Sabar ketika mendapat cobaan.
Dalam hidup ini di samping ada nikmat yang harus
disyukuri, juga ada berbagai ujian dari Allah dan kita wajib bersabar ketika
menghadapinya. Ada tiga rukun sabar yang harus dipenuhi supaya kita bisa
disebut orang yang benar-benar bersabar.
- Menahan
hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.
- Menahan
lisan untuk tidak mengadu kepada makhluk.
- Menahan
anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak di benarkan ketika
terjadi musibah, seperti menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.
Inilah tiga rukun kesabaran, jika kita mampu
melaksanakannya dengan benar maka cobaan akan berubah menjadi sebuah
kenikmatan.
3.
Bertaubat ketika melakukan kesalahan.
Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan
kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan
taufik kepada dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan
mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai kebaikan yang mampu untuk
dilaksanakan. Oleh karena itu, ada seorang ulama salaf mengatakan: “Ada
seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk
surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka.” Banyak
orang bertanya kepada beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?,
lantas beliau menjelaskan: “Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa
tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal dan
malu kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan
dosa-dosa tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan
kebahagiaan dan keberuntungan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai
bentuk ketaatan, Karena dosa tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi
sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang
berbuat kebaikan, akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan
Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri
disebabkan kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan ’saya
sudah berbuat demikian dan demikian’. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan
menyebabkan timbulnya ‘ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang
lain. Hal-hal ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih
menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Allah akan memberikan cobaan kepada
orang tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya.
Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka
Allah biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan ‘ujub. Jika ini
terjadi, maka kehancuran sudah berada di hadapan mata.”
0 komentar:
Posting Komentar